Posted in Buletin Studia Tahun I by abu fikri on the April 13th, 2007
Bicara soal virus, beberapa waktu lalu orang-orang dibuat sibuk oleh virus komputer bernama I Love You. Virus yang disebarkan oleh hacker lewat internet ini?آ memang sangat berbahaya. Menyebar melalui sistem e-mail yang ada di komputer. Begitu ada e-mail bertitel I Love You di inbox, kemudian bila kita membukanya, saat itulah virus ‘berkembang biak’ menginfeksi file-file yang ada di komputer yang kita miliki. Minimal merusak beberapa file tertentu pada komputer yang terserang. Biasanya file yang dia rusak adalah yang berekstension JPEG dan VBS. Kerugian berupa materi pun sudah nggak terhitung besarnya. Saking gedenya, pemerintah Amerika memperkirakan kerugian senilai 10 miliar dolar lebih untuk seluruh dunia. Bahkan negerinya Uncle Sam ini pun kecolongan juga. Paling tidak, password CIA, FBI, Pentagon dan DPR AS berhasil dijebol dan file-filenya dirusak oleh virus yang disebar hacker dari Philipina ini. Benar-benar heboh!
Lalu apa hubungannya dengan ‘virus’ Lupus Milenia? Apakah itu virus komputer baru? Bukan, sobat! Kamu tahu apa yang ditimbulkan oleh virus komputer, kan? Ya, kerusakan! Nah, begitu pula dengan virus ini. Tapi, virus ini nggak nyerang komputer kamu. Virus ini malah lebih berbahaya, bahkan mungkin sangat berbahaya. Kenapa? Soalnya, virus ini merusak otak kamu. Mengacak-ngacak seluruh memori yang ada dalam otak kamu tentang nilai-nilai Islam yang harus dipertahankan oleh seorang muslim. ‘File-file’ di otak kamu tentang ajaran Islam pun berhasil dirusak. Malah dalam kondisi tertentu, ‘disk’ atau ‘hardisk’ di otakmu dibikin bad sector atau malah error! Bahaya kan?
‘Virus’ ini memang bukan yang pertama merusak pemikiran kamu dan semua remaja muslim di sini. Sebelumnya, bahkan sampai sekarang masih banyak ‘virus’ yang telah dan akan merusak pikiran kamu. Sebut saja Dawson’s Creek, Baywatch, Melrose Place, misalkan. Atau ‘virus’ lain yang mempengaruhi gaya hidup kamu dalam bergaul seperti Beverly Hills 90210 , Friends dan yang sejenisnya.
Anehnya virus Lupus Milenia ini makin digandrungi. Apalagi kedekatan tema yang disodorkan kepada remaja seusia kamu memang cocok dengan remaja Indonesia. Karena memang buatan negeri sendiri.
Apa yang dibawa oleh ‘virus’ ini? Jangan kaget, soalnya bukan barang baru. Doi menawarkan gaya hidup remaja gaul yang berbahaya. Kok, bisa berbahaya? Iya, dong! Gimana nggak berbahaya, yang ditawarkan adalah gaya hidup pengusung free thinker alias pemikir bebas. Artinya, dalam sinetron Lupus Milenia yang dijual adalah gaya hidup yang bebas nilai. Kamu tahu kan bagaimana tingkah si funky Adi Darwis yang mengecat merah rambutnya? Masih belum afdhol, temannya Lupus yang pecicilan alias banyak tingkah ini sering membawa-bawa hiasan rante yang gede-gede. Plus, seabgreg?آ gaya hidup lainnya yang menyebalkan. Tentu, bila ini sampai ditiru sama kamu bisa berabe. Lama-lama otak dan pikiran kamu dibikin error sama tingkahnya beliau ini. Itu baru tingkahnya Adi Darwis, belum lagi Fifi Alone, Poppy, Boim, Gusur, Lupus, Lulu dan penggembira lainnya yang larut dalam pergaulan bebas. Bebas dalam bergaul dengan lawan jenis, misalkan. Karena, pacaran itu kan salah satu wujud dari bebas gaul dengan lawan jenis. Tema itu yang kerap diangkat dalam cerita remaja di sinetron tersebut. Tentu ini adalah racun yang mempengaruhi gaya hidup kamu.
Meracuni Remaja
Kamu mungkin nggak sadar kalo ternyata kelakuan tokoh idola kamu dalam sinetron itu adalah membawa petaka. Alur cerita yang dibuat sedikitpun tak memberikan solusi penyelesaian yang jitu dan pasti. Malah terkesan mengekspos gaya hidup anak muda yang penuh kebebasan. Bebas dalam segala hal.
Terus terang saja, sinetron ini banyak mengusung ide-ide rusak, hanya saja kadangkala kita nggak nyadar kalo itu rusak. Nah, tentu menilai rusak-tidaknya adalah menurut pandangan Islam. Kalo kata Islam rusak, berarti rusak. Kalau bagus, tentu saja bagus. Jadi, standar untuk menilainya adalah Islam. Coba, rata-rata teman kita yang nonton sinetron ini, nggak merasa kalo dirinya sedang didakwahiأ¢â‚¬â€tepatnya dicekokiأ¢â‚¬â€dengan ide-ide menyesatkan dalam urusan gaya hidup. Tahu-tahu teman-teman remaja yang mudah tergoda bisa langsung nyetel ddengan gaya hidup yang ditawarkan gerombolan artis dalam sinetron itu. Tanpa melihat lagi, apakah itu sesuai dengan kepribadian Islam atau malah bertentangan dengan Islam. Boleh dikata, asal telan aja, gitu, lho! Ini kan nggak benar. Iya, nggak, Mas?
Adi Darwis, salah satu tokoh yang sering hadir dalam sinetron ini tingkahnya nggak karu-karuan. Anehnya, pihak sekolah tempat si funky ini menuntut ilmu seperti nggak mempersoalkan kelakuan anak didiknya yang aneh. Dan yang pasti serial Lupus Milenia ini memang sarat dengan gaya hidup remaja perkotaan yang modern. Sepertinya mencoba menggambarkan realitas kehidupan remaja era milenium yang cenderung bebas, jadi namanya era milih-nyium (he..he..he..). Dan menjustifikasi keberadaan mereka yang berbudaya seperti itu. Jelas-jelas ini meracuni pemikiran remaja dalam urusan gaya hidup. Identitas Islam sama sekali tak diekspos dalam sinetron tersebut. Malah terkesan sengaja menyuguhkan budaya pop remaja yang bebas nilai tanpa penyelesaian. Tentu saja, dalam pandangan Islam ide yang dibawa dalam cerita tersebut sangat berbahaya, karena sangat jauh dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Ini adalah racun yang disebar dengan cukup efektif.
Melahirkan Generasi Free Thinker
Ada sebuah kisah menarik yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Di Singapura, negara kecil yang terbilang maju itu ternyata menyimpan cerita yang tak kalah seram. Di sana, ada sebuah komunitas alias perkumpulan anak muda yang menamakan dirinya dengan sebutan free thinker alias pemikir bebas. Kok bisa? Begini ceritanya, anak-anak muda di negara tetangganya Wiro Sableng ini kelakuannya aneh dan bikin kita nggak habis pikir. Contohnya? Remaja di sana sudah terbiasa hidup bersama dengan lawan jenisnya tanpa ikatan pernikahan alias kumpul kebo. Sementara masyarakat di sekitarnya nggak ambil pusing. Bahkan terkesan melegalkan aktivitas yang mengotori moral itu.
Parahnya, aktivitas mereka yang bebas itu bukan hanya dalam soal gaul dengan lawan jenis (seks) saja, tapi juga bebas dalam berbagai hal. Minuman keras, tindak kriminal, kasus narkoba juga akrab dengan kehidupan mereka. Meski menurut beberapa pengakuan dari kalangan mereka bahwa sebenarnya para orangtua hanya menganggap anaknya nakal apabila mereka terlibat dalam kasus obat bius dan tindak kriminal. Untuk urusan seks bebas orangtua mereka malah membiarkan. Tapi pada faktanya, anak-anak muda di negeri tersebut justru aktif juga terlibat dalam kasus yang disebutkan tadi selain seks bebas. Jelas, ini sangat berbahaya. Nah, belajar dari kasus itu, tentu akan sangat gawat bila kasus ini dibiarkan begitu saja. Bukan apa-apa, dengan perkembangan teknologi informasi tak mustahil bila komunitas free thinker ini menyebarkan ‘dakwah’nya kepada remaja di negara lain. Berabe kan, Brur?
Tapi celakanya, kita sudah kalah set. Mereka sudah mencuri start. Malah sekarang di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini justru sudah terinfeksi dengan ‘virus أ¢â‚¬?free thinker ini. Bahkan siap berkembang biak.
Harus diakui bahwa kader free thinker saat ini sudah begitu banyak. Buktinya? Nggak usah ada acara menutup-nutupi juga kita sudah tahu. Seks bebas di kalangan remaja perkotaan di negeri ini sudah nggak terhitung jumlah kasusnya. Itu baru di perkotaan, belum lagi di pedesaan yang juga tak kalah seram.
Kasus lain yang masih seputar sepak terjang yang dihasilkan free thinker adalah maraknya kasus narkoba, dan mode dandanan yang makin hot dan tak terkendali. Semua itu adalah produk yang dihasilkan dari ‘ideologi’ bebas nilai. Karuan saja akan sangat membahayakan masa depan sebuah bangsa. Kenapa? Karena remajanya justru banyak yang berlomba dalam kebebasan yang sebenarnya lambat laun akan menghancurkan diri mereka dan bangsa ini. Gimana mau memimpin bangsa ini, kalau remajanya rusak semua mentalnya, iya kan?
Sehingga, akan makin gawat bila kondisi yang sudah parah ini dibuat semakin semrawut dengan membiarkan tayangan-tayangan yang tidak mendidik seperti dalam serial Lupus Milenia.?آ ‘Virus’ Lupus Milenia hanyalah sebuah contoh kasus dari sekian banyak tayangan lain yang sejenis yang menawarkan racun kebebasan bagi remaja.
Mungkin pembaca ada yang bertanya, kenapa serial ini yang ditembak habis-habisan? Begini alasannya, justru di sinilah letak menariknya Lupus Milenia untuk dikritisi karena temanya dekat dengan remaja Indonesia dan memang produk lokal. Kalo tayangan dari negeri lain, bisa dimaklumi karena mereka ada misi lain, yakni menyebarkan budaya mereka. Tentu tujuan mereka itu nggak lepas dari sikap mereka yang membenci remaja Islam. Tapi kalo di sini kan justru mayoritas penduduknya muslim, namun kenapa malah membuat jalur untuk mengalirkan ide-ide bebas nilai lewat sinetron itu kepada remaja negeri sendiri, yang tentu saja harus diakui adalah remaja muslim. Iya, kan?
Jadi dengan adanya tayangan Lupus Milenia ini, yang harus kita akui sebagai pembawa virus free thinker maka remaja Islam akan terinfeksi pemikirannya dan tak mustahil kemudian melahirkan di masa yang akan datang generasi free thinker alias pemikir bebas. Apalagi, kondisinya akan semakin gawat karena tayangan sejenis masih juga bercokol di layar televisi untuk mengkader kita menjadi generasi free thinker. Tak mustahil pula bila kemudian generasi remaja muslim yang kental dengan Islamnya akan sirna. The lost generation!
Tak Ada Bebas Nilai Dalam Islam
Well, Islam tidak akan membiarkan umatnya terpental ke jurang kemaksiatan. Sehingga untuk tujuan itu, Islam memiliki seperangkat aturan untuk menyelamatkan umatnya dari kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat. Bisa dipahami, sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam memang memberikan bimbingan dan arahan bagi umatnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini sebagai bekal kehidupan di akhirat yang kekal abadi.
Dalam seluruh aspek kehidupan, Islam memberikan tuntunan agar umatnya tak salah arah dalam bertindak. Sehingga nggak dikenal dalam Islam istilah bebas nilai dalam bertindak. Justru sebaliknya, umat Islam hanya melakukan apa yang dibolehkan dan diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dilarang bagi umatnya untuk bergaya hidup atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Firman Allah SWT, “Tidak patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila diputuskan suatu hukum oleh Allah dan Rasul-Nya, akan ada bagi mereka pilihan lain, karena barangsiapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Al Ahzab: 36)
Nah, tayangan Lupus Milenia yang cenderung jor-joran mengekspos kebebasan remaja dalam bertingkah laku hanya akan menggiring penontonnya kepada kehidupan yang permisif alias bebas nilai. Yang hanya akan melahirkan generasi-generasi amburadul dan cenderung susah diatur. Liar dan tak terkendali dalam aktivitas kehidupannya. Ini memang sangat berbahaya, Brur!
Sehingga wajar bila dalam Islam tak berlaku pola kehidupan bebas nilai. Yang ada justru sebaliknya umat ini harus seragam dalam pola pikir, harus kompak pula dalam perasaannya, dan tentu saja, harus dilindungi dengan hukum yang sama pula. Semua ini akan menjaga umat dari godaan untuk bebas berbuat. Sebagai remaja Islam, kamu juga harus tunduk dengan apa yang sudah diberikan aturannya oleh Allah dan Rasul-Nya. Pokoknya, jangan sekali-kali kita nekat bertingkah bebas nilai. Gawat, Non!
Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)
Wuih, serem juga ya? Iya, dong! Makanya, kamu kudu gaul juga soal Islam ini. Biar nggak terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Disinilah letaknya Islam itu melindungi umatnya agar tetap berjalan dalam rel yang telah ditentukan. Bisa dibayangkan, bila Islam membebaskan umatnya berbuat sesuka hatinya dalam kehidupan ini. Amburadul, kan?
Jadi, sekarang hati-hati deh, jangan sampai kamu ikutan senewen gara-gara nyontek gaya hidup yang digambarkan dalam cerita Lupus Milenia itu. Gaya hidup yang jelas bertentangan dengan Islam.
Kita juga harus lebih waspada, soalnya itu baru satu ‘virus’ yang bakal merusak pemikiran kita, masih banyak ‘virus’ lain yang siap mengganti pemikiran Islam yang kita miliki dengan pemikiran sekuler yang memang bebas nilai. Gawat dan bahaya.
Beginilah hidup dalam alam kapitalisme, segalanya menggiring kita untuk berbuat dosa. Ternyata memang hanya Islam yang bakal menyelamatkan kita. Islam yang diterapkan sebagai akidah dan syariat. Suer, nggak bohong, Brur! ?
(Buletin Studia – Edisi 17/Tahun 1)
Jumat, 17 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar