Posted in Buletin Studia Tahun kedua by abu fikri on the April 16th, 2007
Add to Technorati Favorites
Beruntung kamu nggak nonton jumpa penggemar boys band asal Inggris, “a1�. Lho emangnya kenapa? Itu lho, acara Meet and Greet dari kelompok seleb ABG asal Inggris itu berubah jadi petaka. Acara yang digelar di toko kaset dan piringan cakram Tara Megastore, Mal Taman Anggrek pada 18 Maret 2001 telah menelan korban 4 remaja putri tewas saat berdesakan ingin bertemu dan meminta tanda-tangan dari personel a1. Wah, ini sih bener-bener mereka udah jadi panutan, ya? Kayaknya emang begitu. Abisnya, sampe rela berjubel dan berdesakan hanya untuk bertemu tampang imut-imut dari Mark Read, Ben Adams, Christian Ingerbrigsten, dan Paul Marazzi. Aduh, gimana ini? Kira-kira kalo sama ustadz begitu juga nggak ya? (he..he..he..).
Jumpa penggemar itu emang sekalian “syukuranâ€?, karena boys band asal Inggris ini kebetulan dapet “berkahâ€?, yakni penghargaan sebagai pendatang baru terbaik dalam Brits Award. Bagi remaja di negeri ini lagu Same Old Brand New You udah populer banget di telinga mereka. Di sini, mereka pun dikenal lewat dua albummnya, yakni Here We Come dan The A List. Dengan begitu, wajar saja bila ABG negerinya Jaka Geledek ini–khususnya yang putri–sampe kesengsem berat. Bukan cuma dengan lagu-lagunya, tapi sekaligus personelnya yang emang ganteng-ganteng. Ya, inilah nasib remaja kita, Brur. Mentalnya masih layak jajah.
Oya, pas kejadian itu, bila empat remaja putri megap-megap kehabisan napas—lalu akhirnya tewas—tidak demikian dengan a1, saat kejadian mereka cepet-cepet dievakuasi ke hotel. Meski konon kabarnya merasa terpukul juga, tapi bukan berarti mereka kapok mengadakan jumpa penggemar, lho. “Ya, itu kan cuma kasus�, mungkin itu alasan mereka. Padahal a1 dan semua yang merasa dirinya dijadiin idola, kudu sadar bahwa penampilan mereka itu bisa mengundang histeria penggemarnya. Bisa aja kejadian model begini bakal terus terulang. Tapi bila mereka ogah dan emang agak susah untuk sadar, berarti kitanya yang kudu sadar, Non. Kamu kudu paham, bahwa mereka itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Catet, ya!
Brur, ini emang kejadian terbaru, karena sebelumnya udah sering terjadi. Kayaknya kamu pasti masih inget, saat konser Sheila On 7 di Bandar Lampung akhir tahun lalu. Saat itu, lima nyawa juga “dikorbankanâ€? untuk? hajatannya grup musik asal Yogyakarta ini. Coba, mereka udah “berani’ mengorbankan nyawanya hanya untuk ketemu gerombolan pemusik. Malah dalam acara “Mimpi Kali yee…â€? milik stasiun SCTV pernah ada anak cewek yang berkirim surat karena ngebet pengen ketemu dengan personelnya Sheila on 7. Dan rupanya â€?impiannyaâ€? itu kesampaian ketika ia dipertemukan dengan sang idola.? Wuih, anak itu sampai histeris dan nangis lho saat melihat grup musik yang ngehit dengan Sephia-nya ini. Waduh, udah kayak Nabi aja, ya? Menyedihkan, Brur. Dan, pasti bukan cuma anak cewek itu kan? Masih banyak berjejer remaja yang menjadikan kaum seleb sebagai idolanya.
Terus terang, kita sangat prihatin dengan masalah ini. Bukan sekali atau dua kali kejadian begini, tapi udah nggak keitung jumlahnya alias saking banyaknya. Bila ini terus berlangsung, naga-naganya sih emang ada yang eror dalam diri kita. Gimana nggak, para seleb ini udah dijadiin “sesembahannya�. Buktinya, mereka ada yang rela �mengorbankan’ nyawa segala. Bila ini dibiarkan, alamat bakal ancur-ancuran masa depan remaja kita. Bener, nggak bohong dan bukan nakut-nakutin, lho. Ah, emang udah pada senewen kali ye?
Idola dan berhala
Soal idola ini emang seperti udah mendarah-daging dalam diri remaja. Pasalnya, emang banyak remaja yang begitu. Jujur saja, idola ABG banyak banget, dan hampir 90 persen yang dijadiin idola adalah kaum seleb. Nggak percaya? Di majalah-majalah remaja juga yang dieskpos selalu kaum seleb. Dari mulai gosipnya, gaya hidupnya, sampai karir? mereka. Tentu saja itu dibuat dengan tujuan supaya remaja mengidolakannya. Awalnya mungkin cuma menanamkan simpati doang, tapi kan lama-lama remaja jadi keterusan seneng karena publikasinya yang dibuat seheboh mungkin. Makanya bisa kamu lihat, majalah remaja yang mengekspos kaum seleb pasti iklannya bejibun banget, karena emang banyak pembacanya.
Ngomong-ngomong soal semen, eh, soal idola emang nggak ada abisnya. Dan tokoh idola tersebut selalu menjadi favorit di jamannya. Waktu ortu kamu remaja dulu, idola yang akrab dengan mereka adalah sosok Marylin Monroe, Elvis Presley, marlon Brando, dan yang seangkatannya. Kini bisa aja anak-anaknya–ya kita-kita ini–mengidolakan sosok Joy Enriquez (yang nyanyiin lagu? How Can I Not Love You—dari film Anna and The King), Ricky? Martin, Christina Aguilera, Britney Spears, Kerry Katona (Atomic Kitten), Sheila on 7, dan seabrek gerombolan seleb lainnya, baik mancanegara maupun yang domestik punya.
Kenapa remaja sering terjebak untuk mengidolakan seseorang, ya? Ini berkaitan dengan naluri manusia, Brur. Dalam diri manusia itu ada naluri beragama. Lho apa hubungannya? Sebentar, kamu jangan dulu mengkerutkan dahi alias bingung bin pusing. Tenang. Begini, gharizah tadayyun (naluri beragama) ini diwujudkan dengan adanya upaya untuk mensucikan sesuatu atau menganggap sesuatu lebih dari dirinya. Misalnya aja, nenek moyang manusia di masa animisme dan dinamisme, mereka menyembah batu, pohon, dan kuburan. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan akan naluri beragama mereka. Namun, karena cuma mengandalkan perasaannya doang—tanpa dibimbing wahyu dari Allah—maka yang terjadi adalah kesalahan. Mereka sih nggak ngeh kalo itu salah, yang penting bisa tenang karena merasa sudah terpenuhi. Habis perkara.
Brur, naluri ini ada dalam setiap orang. Orang yang atheis sekalipun sebetulnya memiliki naluri ini. Tapi, karena mereka nggak percaya adanya pencipta, maka pemenuhannya dialihkan kepada pahlawan-pahlawan mereka. Misalnya aja, orang Soviet yang atheis sering menyembah gambar atau patung pahlawan mereka seperti Lenin, Stalin, Karl Marx dan tokoh-tokoh lain yang dianggap sebagai pahlawannya. Pokoknya diagung-agungkan dan jadi sesembahan mereka. Ini membuktikan bahwa naluri itu emang ada dalam diri setiap manusia. Dan tentu saja orang-orang atheis ini merasa tenang dengan terpenuhinya naluri tersebut. Padahal kalo menurut aturan Islam, jelas pemenuhan naluri yang mereka lakukan salah banget. Mereka cuma mengandalkan perasaannya semata. Namun tidak memperhatikan hakikat di balik penciptaan makhluk-makhluk tersebut.
Hal ini persis dengan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Arab Quraisy di masa jahiliyah. Mereka malah membuat sesembahan sendiri. Hingga di kota Mekkah saja lebih dari seratus berhala yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan naluri ini. Ketika Islam datang, karuan aja semuanya dimusnahkan tanpa ampun.
Nah, kamu yang mengidolakan kaum seleb; baik artis film dan sinetron, penyanyi, dan pemusik kudu hati-hati. Soalnya, bukan tak mungkin bila kemudian kamu lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti gaya hidupnya. Pendek kata, kalo kamu sudah menganggap mereka tuntunan hidup kamu, berarti kamu telah menjadikan beliau-beliau sebagai “nabi�. Waduh, jangan sampe deh. Soalnya rugi banget, Non. Tentu saja karena yang diajarkannya bukan kebenaran dan kebaikan. Dan yang terpenting emang nggak layak dijadiin teladan.
Makanya kita prihatin banget dan sekaligus menyayangkan kenapa hanya untuk bertemu dengan personel a1 aja sampe rela �mengorbankan’ nyawa. Padahal itu hanya untuk sesuatu yang tak ada gunanya, bahkan bisa menjerumuskan kepada syirik—bila itu diekspresikan secara berlebihan. Bisa jadi berhala or sesembahan dong? Bisa jadi.
Jadi sekarang kamu mulai ngeh bahwa “pemujaanâ€? terhadap idola? merupakan salah satu perwujudan yang salah dari naluri beragama. Malah dalam level tertentu bisa menjerumuskan kamu ke dalam kesyirikan, lho. Hati-hati ya! Dan ingat, persoalan nggak berhenti di situ aja. Kamu malah bisa “dituduhâ€? oleh Islam telah menjiplak perilaku mereka dalam kehidupan kamu, jika setiap apa yang dilakukan oleh tokoh idolamu kamu ikuti dengan sepenuh hatimu. Yakni seluruh gaya hidupnya kamu contek abis–nggak satupun yang tersisa. Wah, bisa gaswat itu.
Tak punya idealisme
Kalo kamu dituding seperti ini pasti kamu sewot banget. Soalnya malu dong dicap nggak punya idealisme atawa pendirian. Berarti emang kamu orangnya mudah untuk diping-pong. Malah dalam kondisi tertentu bisa aja kamu silau oleh sesuatu yang kamu anggap hebat. Orang yang nggak punya idealisme cenderung nggak punya tujuan dan visi. Ini berbahaya lho. Bukan apa-apa, rata-rata orang yang nggak punya tujuan hidup akan tergoda mengerjakan sesuatu yang sifatnya sementara dan ringan, yang penting beres saat itu atau hari itu. Habis perkara. Besok baru dipikirin lagi. Nggak punya pikiran panjang jauh ke depan. Kalo begitu terus selama itu pula kamu nggak bakalan punya idealisme dan bisa mandiri dalam hidup kamu.
Hal ini bisa kita jumpai, sebagian besar remaja yang mengidolakan kaum seleb, sangat mungkin bahwa doi punya masalah dalam kepribadiannya. Yakni, doi nggak bisa hidup sebagai dirinya sendiri. Bahaya kan?
Brur, sudah saatnya kita membuang jauh-jauh mental “layak jajah� dalam diri kita. Karena emang nggak benar dan nggak baik. Ekspresi kamu yang berlebihan dalam memperlakukan idola kamu berarti kamu merasa bahwa kamu berada di bawah “keagungan� mereka. Dan selama itu pula lah kamu nggak bakalan bisa mandiri. Ah, seandainya saja kamu berbuat demikian kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kamu bakal selamat. Rasa cinta kita pun tersalurkan dengan baik, yakni kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan sebetulnya Allah sudah menjadikan Rasululullah Saw. sebagai teladan yang baik. Jadi buat apa mengidolakan kaum seleb atau mereka-mereka yang belum tentu bisa menjamin kamu selamat dunia-akhirat. Yes, cuma orang-orang yang miskin idealisme aja yang berbuat begitu.
Kita sedih banget saat temen-temen kamu berdesakan, rela berjubel, rela berlama-lama menunggu, bahkan ada yang nggak peduli dengan keselamatannya sendiri, cuma untuk bertemu dan meminta tanda-tangan tokoh idolanya. Ah, bener-bener layak jajah.
Rasulullah Saw. teladan kita?
Benar, cuma Rasulullah Saw. yang layak dijadiin teladan dalam hidup kita. Bahkan Allah sudah menjaminnya lewat firman-Nya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21)
Thomas Carlyle dalam On Heroes and Hero Worship menggambarkan pribadi Rasul dengan kata-katanya, “Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi ke Granada�.
Rasulullah emang layak dijadiin teladan, Brur. Dalam kesehariannya, Rasul sangat menghormati para sahabatnya. Ambil contoh, suatu hari Abdullah al-Banjaliy tidak kebagian tempat duduk saat menghadiri majlis Rasulullah. Mengetahui hal itu, Rasul lalu mencopot gamisnya dan mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk. Tapi Abdullah al-Banjaliy tidak mendudukinya, malah mencium baju Rasulullah dengan air mata yang berlinang, “Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku,� komentar Abdullah. Kira-kira personelnya a1 begitu nggak ya? Nggak bakalan deh.
Memang sulit menemukan tandingan pribadi Rasul yang seperti itu. Kita jadi terharu, seandainya kita hidup di masa Rasul. Ya, sendainya. Tentu kita bisa menyaksikan bagaimana keseharian hidup Rasul yang mulia itu. Saking cintanya kepada rasul, malah ada sahabat yang mencari-cari akal untuk sekadar mencium tubuh Rasulullah. Sahabat tersebut adalah Sawwad bin Ghazyah. Kejadiannya begini. Saat Rasulullah sedang meluruskan barisan pada perang Badar. Anehnya Sawwad malah maju ke depan. Karuan saja Rasulullah memukul perut Sawwad? dengan anak panah, “Lurus dalam barisan, hai Sawwad�, pinta Rasul. Tapi Sawwad protes, “Ya, Rasulullah, Anda menyakitiku, padahal Allah telah mengutusmu dengan membawa kebenaran dan keadilan,� ucapnya. Meski perbuatan Sawwad itu diprotes oleh para sahabat yang lain, namun Rasul memili membuka bajunya dan mempersilakan Sawwad untuk membalas dengan perbuatan serupa. Tapi apa yang dilakukan Sawwad?? Sahabat yang satu ini malah memeluk dan mencium tubuh Rasulullah sambil berlinang air mata. Hal itu dilakukan Sawwad karena ingin dalam kesempatan terakhirnya menyentuh kulit Nabi dan memohon syafaatnya di hari kiamat. Lalu Nabi pun mendoakannya (Hayat as-Shahabah, jilid 2: 2417)
Wah, emang nggak ada duanya. Itulah sebabnya beliau menjadi teladan bagi kehidupan kita. Apa yang bisa kita harapkan saat kita mendapat tanda-tangan dari tokoh idola kita? Apakah dengan tanda-tangan beliau-beliau itu lantas kita mendapat perhatiannya. Misalnya akan didoakan? Wah, jangan berharap deh. Ya, jangankan didoakan, pas kamu berebut untuk bersalaman atau sekadar ingin memeluk tubuhnya aja udah dipelototin ama bodyguard-nya. Untuk sekadar bertemu dan meminta tanda-tangannya aja sampe rela ngorbanin nyawa. Padahal itu teladan yang nggak bener. Sia-sia deh nyawa kita. Pokoknya, jangan sampe ini terulang kembali. Stop menyembah mereka!
Oke Brur, idola kamu itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya Rasulullah yang layak dijadikan teladan dalam kehidupan kita. Yakni dengan melaksanakan tuntunannya.
(Buletin Studia – No.045/Tahun 2)
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar