Jumat, 17 Juli 2009

Raihan Vs Westlife

Posted in Buletin Studia Tahun I by abu fikri on the April 13th, 2007

Heboh nasyid-mania di kalangan remaja muslim lumayan membawa aroma ‘kebangkitan’ Islam yang tak bisa dibilang encer. Setidaknya wujud dukungan terhadap munculnya jenis musik yang mengusung warna Islam ini cukup kental. Sebetulnya, awal tahun 90-an merupakan prestasi tersendiri bagi kaum muslimin dalam mensyiarkan Islamnya. Bukan hanya diselipkan lewat pita kaset pesan-pesan Islam itu, tapi bertebaran juga di buku-buku terjemahan karya ulama-ulama Timur Tengah. Apalagi, maraknya jilbab, baju koko dan jenggot di kalangan remaja Islam makin mengukuhkan keyakinan bahwa Islam tengah menggeliat dari tidur panjanganya.

Khusus untuk syiar Islam lewat nyanyian (nasyid), dukungan yang ditunjukkan oleh remaja muslim sangat heboh. Terutama yang paling fenomenal adalah grup nasyid asal negerinya Amy “Search” ini. Terutama setelah ‘manggung’ di beberapa kota besar di Indonesia awal tahun 2000 ini. Namanya makin berkibar dan tentu saja mendapat tempat di hati remaja muslim negerinya Si Komo ini. Berbeda dengan grup nasyid lain, Raihan mampu ‘membius’ pendengarnya dengan alunan lagu yang ’segar’, bahkan Raihan sering nangkring di ANTeve, terutama pas Ramadhan. Keren bukan?

Tapi kita nggak bakal keterusan bercerita soal Raihan dan segala macam yang identik dengan grup nasyid ini. Yang ingin kita sampaikan kepada teman-teman remaja adalah bagaimana menjelaskan tentang gandrungnya remaja terhadap musik islami. Dan ini biasanya sering dihubungkan dengan mengentalnya rasa cinta kepada Islam. Terlepas dari apakah setelah menikmati alunan lagu dari ‘band kepret’ ini bisa menumbuhkan semangat mempelajari Islam atau tidak.

Mengentalnya rasa cinta kepada Islam yang ditunjukkan oleh sebagian remaja Islam lewat kegandrungannya terhadap nasyid ini, bukan tanpa persaingan. Sangat boleh jadi sebagian besar remaja Islam tengah terlena dan gandrung dengan jenis musik impor. Sebut saja, jenis musik pop yang sedang menjadi pujaan sebagian ABG Islam di jagat ini dibawa oleh grup musik yang mengemban gaya hidup Barat, Westlife. Dan sebetulnya Westlife bukan yang pertama, masih banyak para pendahulunya yang berhasil mengaduk-aduk perasaan dan membetot emosi remaja Islam lewat gebukan drum dan lengkingan gitar musik rock atau heavy metal; atau irama R&B yang diusung Backstreet Boys. Ya, memang Westlife bukan yang pertama, tapi sekarang grup ini paling fenomenal dan sangat dikagumi. Nggak heran, kalo akhirnya para ABG negeri ini begitu antusias mengikuti ‘tabligh akbarnya’ Westlife tanggal 15 Mei 2000 di Jakarta. Tercatat, sekitar 50 ABG putri yang nonton konser itu pingsan, dan ratusan lainnya larut dalam histeria. Tentu saja hal ini makin melambungkan pelantun Flying Without Wings ini. Heboh bukan?

Ini dua sisi yang berlainan. Satu sisi remaja Islam ‘mesra’ dengan nasyid. Dan di sisi lainأ¢â‚¬â€‌masih remaja Islamأ¢â‚¬â€‌mereka tenggelam dalam ‘kehidupan Barat’-nya Westlife. Raihan dan Westlife saat ini memang punya tempat masing-masing di benak remaja Islam negeri ini. Dan fenomena ini semacam persaingan pengaruh antara para nasyid-mania dengan para ‘pemuja’ kehidupan Barat.

Dan ini harus menjadi renungan bagi kita, bahwa sebetulnya di saat kita akan tumbuh subur dengan Islamأ¢â‚¬â€‌meski cuma ‘bau’nya sajaأ¢â‚¬â€‌harus berhadapan dengan kekuatan yang sengaja diciptakan untuk menghancurkan Islam. Celakanya, ternyata kita harus berhadapan dengan teman-teman sendiri yang otaknya sudah dipenuhi ‘file-file’ budaya Barat yang tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Bagaimana, Brur?

Islam versus Barat
Tak ada yang salah sebetulnya bila masalah itu hanya seputar ilmu pengetahuan dan teknologi. Antara Islam dengan Barat bisa berbagi ‘berkah’ dalam kemajuan iptek. Teknologi informasi yang berhasil dikembangkan Barat sebetulnya adalah berkah bagi semua orang yang ada di bumi ini. Meski kadangkala ‘berkah’ kemajuan itu berubah menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup. Namun, tetap Islam tak pernah bermusuhan dengan Barat dalam urusan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena tentu saja iptek sifatnya sangat universal. Jadi jangan mentang-mentang yang buat Boeing 747 adalah orang-orang kafir, lalu kita ogah menaiki montor mabur itu, dan kita tetap istiqomah menunggangi unta. Itu persepsi yang salah. Iya nggak, Brur? Sekali lagi, iptek itu sifatnya universal boleh dimiliki siapa saja, tak tergantung siapa pembuatnya.

Sebaliknya, kita sudah memasang kuda-kuda dan menantang Barat bila mereka berani menebarkan akidahnya kepada kaum muslimin. Kita akan hadapi dengan kekuatan penuh. Bila mereka mencoba merusak lewat serangan pemikiran. Kita akan lawan mereka lewat serangan pemikiran pula.

Harus diakui, bahwa?آ perang pemikiran dan kebudayaanlah yang saat ini sedang dilancarkan Barat. Ide-ide kebebasan yang disisipkan lewat film, novel, dan nyanyian melalui fasilitas media massa cetak dan elektronik serta internet sudah tak bisa dibendung lagi penyebarannya. Parahnya, teman-teman remaja banyak yang kemudian tergoda dan bahkan menjadi kadernya untuk menularkan kepada teman yang lainnya. Menyakitkan bukan?

Pendek kata, Islam ‘bermusuhan’ dengan Barat adalah dalam masalah akidah. Remaja Islam boleh berbangga dengan kemajuan teknologi informasi, remaja Islamأ¢â‚¬â€œpun boleh terkagum-kagum dan menikmati segala fasilitas yang memudahkan pekerjaan. Tapi sangat diharamkan bila remaja Islam bangga menjadi plagiator budaya Barat. Sangat ‘dikutuk’ bila ada remaja Islam yang enjoy dengan kebebasan bergaulnya. Begitupun Islam tak rela ‘melihat’ umatnya larut dalam gaya hidup yang hedonistik (mengejar kenikmatan jasmani semata), permisif (serba boleh), dan seabreg gaya hidup amburadul khas Barat lainnya.

Sebaliknya bila remaja Islam teguh-kukuh mempertahankan akidah dan gaya hidup Islamnya di tengah menjamurnya ide-ide yang ditawarkan Barat, adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Dan bukan hanya itu, tapi remaja Islam ini juga giat berdakwah menyebarkan Islam untuk melawan ide-ide dan gaya hidup Barat dengan tak kenal lelah. Hanya dengan remaja Islam yang seperti inilah Islam bakal berjaya kembali memimpin dunia. Bukan mustahil tentunya bila itu terwujud.

Dan beruntung saat ini remaja Islam mulai bangkit dan berusaha menciptakan peluang untuk kebangkitan Islam, meski perlu disadari pula bahwa di sisi lain masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan. Remaja Islam masih harus berhadapan dengan teman sendiri yang otaknya telah dicuci dengan gaya hidup Barat yang mengemban ideologi Kapitalisme. Malah remaja Islam perlu ekstra kuat, bukan apa-apa, yang akan dihadapi ternyata bukan hanya Barat yang kapitalis, tapi juga sosialis yang mencoba mulai bangkit kembali.

Raihan boleh jadi adalah sebatas pemicu semangat dan sangat mungkin identik untuk mewakili makin mengentalnya rasa keislaman sebagian teman-teman remaja. Dan Westlife secara tak langsung adalah wakil dari ‘pengemban dakwah’ yang mempropagandakan perlunya kehidupan Barat. Ini dari sudut musik. Yang ternyata harus diakui lewat jalur inilah secara tak sadar kita terbius untuk mempraktekkan gaya hidup mereka. Iya, nggak, Non?

Jangan cuma nasyid!
Memang tak cukup mengambil kesimpulan bahwa Islam sekarang tengah bangkit hanya karena melihat maraknya musik islami lewat nasyid, misalkan. Atau ‘lautan jilbab’ yang makin hari makin ‘pasang’. Pun tak bisa menilai kebangkitan Islam cuma karena melihat fenomena bahwa banyak remaja yang aktif di organisasi-organisasi keislaman. Bukan hanya itu, Brur! Tapi indikasi yang paling tepat menilai kebangkitan Islam adalah dari meningkatnya taraf berpikir. Tentu taraf berpikir islami agar kebangkitannya shahih. Iya, nggak?

Kita nggak ada maksud mengecilkan kecintaan kamu kepada Islam yang diwujudkan lewat kegandrunganmu terhadap nasyid. Itu sudah bagus. Tapi alangkah lebih bagus lagi bila kecintaan kamu kepada Islam diwujudkan pula dengan penajaman pemahaman kamu dengan ajaran Islam. Tentu saja karena mencintai Islam bukan cuma mengandalkan semangat belaka. Tapi harus didukung sepenuhnya dengan tsaqofah Islam yang handal.

Kita udah bangga juga kok dengan maraknya lagu-lagu nasyid. Bahkan sekarang bermunculan grup nasyid baru bagai jamur di musim hujan. Tak heran bila sekarang nasyid menjadi primadona hiburan remaja Islam.Kenal Haddad Alwi kan? Nah, pelantun shalawat lewat dua album bertitel Cinta Rasul 1 dan 2 ini mampu menunjukkan kelasnya. Dari dua album ini, Haddad Alwi dan Sulis berhasil menjual 2 juta keping kaset. Jumlah penjualan yang tak lazim bagi seniman di negeri ini, apalagi pendatang baru. Luar biasa bukan??آ Kalo boleh mengatakan, bisa juga tuh bersaing dengan Jordan Knight, misalkan (he..he..he..).

Mungkin sekaranglah saatnya nasyid versus pop Barat. Berarti boleh juga mengatakan bahwa ini adalah perang terbuka antara peradaban Islam dengan peradaban Barat. Kenapa? Kamu juga sudah sadar bahwa lagu tak selamanya netral. Alias memiliki nilai tertentu. Dan tak jarang lagu-lagu yang dibawakan oleh musisi Barat sarat dengan pesan-pesan budaya mereka. Yang karuan saja tak cocok untuk gaya hidup seorang muslim. Bahkan bila nekat mempraktekkannya, bisa berbahaya dan tentu saja berdosa. Karena mempraktekkan gaya hidup Barat berarti meninggalkan Islam. Setuju, kawan? Harus!

Nah, sekaranglah kita harus mencoba berpikir ‘menembus batas’. Kita harus berpikir jauh ke depan dan melihat persoalan dengan bijaksana. Tentu semuanya adalah untuk kemajuan Islam dan kaum muslimin.
?آ ?آ ?آ ?آ
Islam bukan cuma nasyid
Islam memang bukan cuma nasyid. Tapi Islam adalah agama yang sangat sempurna untuk mengatur kehidupan manusia. Dan tentu saja permasalahan manusia bukan cuma dibidang seni ini. Itu hanya bagian saja. Mungkin malah bagian kecil saja dari Islam. Meski tetap mendapat perhatian. Jangan takut, kawan. Kita nggak bakal memvonis sia-sai usaha kamu mensyiarkan Islam lewat nasyid. Nggak. Nggak bakalan, kok. Hanya saja kita ingin mengingatkan bahwa Islam itu bukan hanya seputar nasyid. Kalo kamu sekarang gandrung dengan nasyid, bagus itu. Siapa tahu memang akhirnya perasaan kamu selamat karena menerima ide-ide Islam terus ketimbang teman kamu yang alergi nasyid bahkan telinganya lebih betah mendengarkan tembang-tembang Westlife, Boyzone, Backstreet Boys, dan yang lainnya.

Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208).

Kemudian di ayat lain,: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al Imran: 102).

Nah ini membuktikan bahwa seluruh aspek kehidupan itu diatur oleh Islam. Jadi Islam itu bukan hanya nasyid. Kamu boleh gandrung dengan nasyid sebagai bagian dari budaya Islam, tapi kamu jangan ngotot terus-terusan menggeluti nasyid tanpa mempelajari tsaqofah Islam yang akan menjadi bekal kamu dalam kehidupan ini. Karena bisa jadi malah kamu menghadapi kejenuhan dengan Islam yang cuma gitu-gitu aja. Padahal Islam adalah sebuah ideologi. Dengan kata lain Islam mampu memecahkan berbagai problem kehidupan, disamping memang pandai menata kehidupan dunia ini. Ideologi Islam ini lebih unggul ketimbang ideologi lain. Firman Allah swt.:”Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (Al Anfaal: 8).

Dan di ayat lain Allah swt ‘menyelipkan’ celaan bila kita tidak tunduk pada Islam:”Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah.” (Ar Ruum: 43).

Kembali ke urusan nasyid. ‘Pertarungan’ Raihan dengan Westlife ini harus disikapi lebih jauh, yakni bahwa kita harus berpikir bukan cuma bangga punya tandingan syair islami untuk menangkal tembang-tembang Westlife semata, tapi kudu jeli melihat persoalan. Remaja Islam yang lain nggak gampang berpaling melirik nasyid kalo telinganya sudah nyetel dengan tembang-tembang Westlife dan sejenisnya. Mereka akan bisa berpaling dari budaya Barat, bahkan berbalik membela Islam, bila pemikirannya kita sentuh terus menerus dengan kajian-kajian Islam yang jitu dan mendalam dan tidak membuat jumud.

Sayangnya, kita sering merasa cukup berpuas diri ketika melihat maraknya simbol-simbol Islam di tengah-tengah kita. Anehnya, kita merasa berat untuk mendalami Islam secara kaafah (menyeluruh). Jangan sampai gejala seperti ini terus dipelihara dalam diri kita. ‘Pertempuran’ Raihan versus Westlife hanyalah fenomena. Pertempuran yang sesungguhnya adalah bagaimana upaya kita memerangi budaya Barat yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat kita. Baik, kita harus prihatin juga ketika ada teman remaja yang hobi dengerin Raihan tapi gaya hidupnya masih berkiblat ke Barat. Bukankah itu adalah kekalahan kita? Akhirnya memang kita harus memahami Islam sebagai sebuah ideologi!?

(Buletin Studia – Edisi 18/Tahun 1)

Tidak ada komentar: