Posted in Buletin Studia Tahun I by abu fikri on the April 11th, 2007
¢â‚¬?Bondol! teriak cewek berusia sekitar 14 tahun. Yang diteriakinya adalah anak cowok berambut cepak, pengendara mobil Kijang ceper yang melintas di hadapannya. Rupanya, teriakan gadis baru lepas ingusan itu mampu menghentikan kendaraan tadi, karena padatnya IaIu Iintas di jalan Mahakam, Jakarta, pada suatu malam minggu awal September lalu.
Dengan cekatan si cewek langsung menghampiri cowok tadi. Sejurus kemudian, lewat kaca jendela mobil, mereka asyik mengobrol, yang kayaknya hanya dimengerti oleh mereka sendiri (MA TRA, edisi khusus, November 1996).
Kejadian ini bisa saja hanya kasus kecil yang berhasil direkam di satu sudut kota Jakarta. Masih banyak, dan tak mustahil kejadian yang sama juga dilakukan oleh para ABG di kota-kota besar Iainnya, tentu dengan berbagai variasi yang kadangkala tak terpikirkan sebelumnya oleh remaja di jaman dulu.
Remaja sekarang memang lebih mahir berduel dengan budaya global yang masuk dengan derasnya. Efek balik sudah tentu ada. Celakanya, justeru pengaruh jelek yang ternyata kita sadari lebih cepat terserap kaum remaja ketimbang yang baik. Yang buruk-buruk itu adalah termasuk pergaulan bebas yang nampaknya sangat dinikmati, perilaku seks bebas, aborsi yang angkanya cenderung meroket dari tahun ke tahun. Menggilanya pemakaian obat-obat tenlarang; dan ganja, nipam, sampai ekstasi dan putauw sudah kita rasakan pengaruhnya, remaja kita babak belur Tak bisa dipungkiri, remaja kita sekarang ini ternyata akrab dengan beberapa kasus di bawah ni.
Seks Bebas
Rasanya bukan hal baru untuk ukuran sekarang. Maraknya seks pra-nikah di kalangan remaja, menurut seorang ahli karena informasi yang keliru tentang seks. Maka ada yang menyarankan agar pendidikan seks sudah waktunya diberikan di sekolah-sekolah. Soal seks bebas dan perilaku yang cenderung mengarah kepada seks amburadul justeru remaja wanita yang lebih banyak mempraktekkannya ketimbang remaja pria. Banyak diantara remaja wanita yang rela menjual harga dirinya dengan making love bersama para lelaki hidung belang.
Sialnya, kondisi mi diperparah dengan maraknya film-film, majalah, bahkan situs-situs di internet yang menawarkan أ¢â‚¬إ“programأ¢â‚¬â„¢ esek-esek. Tak ayal lagi, ini merupakan tamparan bagi kita.?آ Malah, kondisi seperti itu membuat mereka mendapat angin karena merasa أ¢â‚¬إ“dilegalkanأ¢â‚¬?. Betapa tidak, televisi tak henti-hentinya menayangkan film-film yang mengajarkan pergaulan sekaligus saks bebas.
Sebagai negara dunia ketiga, kita tak lepas dari pengarus negara maju seperti Amerika yang mahir dalam mengeluarkan berbagai produk yang menelikung konsumen dunia ketiga yang rata-rata latah akan modernisasi. Sebagai contoh andil mereka dalam mengkondisikan budaya pergaulan dan seks bebas adalah dalam industri pornografi yang makin berkibar.
Di Amerika, menurut majalah khusus video porno, Adult Video News, jumlah kaset video porno (hard core) yang disewa meningkat dari 75 juta pada 1965 menjadi 665 juta pada tahun 1996. Maka, pantas saja bisnis itu sangat menjanjikan bagi para pemuja kepuasan dan kebebasan. Budaya tarian semacam striptease segera dikenalkan kepada remaja di negeri ini. Meski untuk tarian أ¢â‚¬إ“gilaأ¢â‚¬? ini kasusnya tak begitu marak, namun tetap memberikan fakta yang tak bisa begitu saja diabaikan. Bagi remaja yang rela menari seperti binatang itu tentu akan memperoleh honor yang lumayan dibanding kalau dia harus memainkan tarian yang lain. Di Amerika saja, pendapatan penari striptease bisa mengantongi uang 15 ribu dolar hingga 20 ribu dolar dalam seminggu (Republika, 9 Maret 1997, hal. 8).
Kriminalitas dan Narkotika
Tawuran, yang belum lama mi beritanya sering menghiasi halaman koran dan majalah ibu kota tidak bisa diabaikan begitu saja. Kesalahan orang tua dalam memandang kasus ini adalah menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh remaja-remaja itu hanya sebatas kenakalan biasa. Padahal dalam beberapa kasus, sikap brutal mereka sudah mengarah kepada tindak kriminal yang membahayakan. Gimana nggak, mereka sudah tak segan lagi membawa senjata tajam, dan belati sampai celurit. Dan terbukti dalam beberapa kasus, senjata itu telah banyak memakan korban, tidak hanya luka parah, tapi juga sampai koit!
Lalu, kawan dekatnya kejahatan adalah minuman keras dan narkoba. Itu tak bisa dipungkiri. Entah mereka melihatnya di film-film atau belajar sendiri dari kehidupan di lingkungannya. Mesti yang namanya tindak kriminal hampir seluruhnya dilakukan oleh para pecandu miras dan narkotika. Parahnya, gejala ini bukan hanya hinggap di kalangan remaja kota, tapi sudah mewabah hingga remaja desa yang kampungan. Sudah pasti minuman keras kelas air tape mereka sudah mengenalnya dengan baik, bahkan minuman keras sekelas Martini Napoleon, Jeniffer pun sudah bukan barang aneh lagi –meski untuk yang disebutkan tiga terakhir itu– mereka bergotong-royong dalam membelinya.
Lagi-lagi kita akan dibuat tercengang, ketika anak-anak desa yang sudah tak mengenal lagi istilah menggembala itu berteler-ria dengan nipam, magadon, BK, atau malah ekstasi dan putauw? Apalagi dengan remaja kota? Lebih heboh lagi, Bung!
Jago Pesta dan Hura-Hura
Dengan berlindung di balik istilah remaja gaul, seringkali mereka melakukan perbuatan yang justeru mebuatnya terjebak dalam suasana santai dan bergaya hidup glamour. Untuk urusan hiburan, mereka sangat bersemangat untuk mencobanya, meski akhirnya ketika datang jenis hiburan baru, mereka meninggalkan model hiburan lama. Untuk itu, tentu mereka harus mengeluarkan ratusan ribu rupiah, bahkan mugkin jutaan rupiah, dan celakanya karena masih sekolah justeru kocek ortunya lah yang banyak terkuras.
Gampang saja menyimak tren remaja sekarang, beberapa waktu yang lalu mereka gandrung dengan skateboard yang tentu saja, harganya lebih mahal dibanding papan penggilesan. Masih belum habis dengan mode itu, datang lagi hiburan gaya baru dengan video game dan kelas SEGA, Nintendo sampai Playstasion. Yang tentunya dari soal biaya lebih mahal ketimbang mainan kita waktu kecil, mobil-mobilan dari kulit jeruk bali!
Pokoknya, segala hal yang berbau hiburan dan hura-hura sangat lengket dengan remaja. Nonton film di studio-21, jalan-jalan ke mal, mendandani mobil, ngeceng alias cuci mata, dan segala macam yang sifatnya huna-hura, sudah akrab dengan kehidupan mereka. Walhasil, remaja kita memang latah dan terjebak dalam dunia santai.
Agar tak Jadi Generasi Latah
Ya, sejauh ini memang remaja itu hobi coba-coba, apa saja, dari mulai ngeseks, ngeboat,?آ tindak kriminal dan lain sebagainya. Namun, apakah kita akan membiarkan mereka dan terus mentolerir segala aktivitas yang dilakukannya?
Orang yang suka coba-coba menandakan bahwa ia tidak memiliki kejelasan arah dalam menempuh kehidupannya di dunia. Ibarat orang yang berpergian tanpa tujuan, pasti akan kebingungan di jalan. Mereka jugs sama, manusia dan sudah masuk hitungan terkena beban hukum. Nah, kewajiban searang muslim yang sudah terbebani hukum itu adalah wajib terikat dengan aturan-aturan Islam dan menjalankannya dalam aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. Makanya, keluarga sebagai pandasi utama keimanan mereka harus menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan remaja.
Hidup di dunia ini tak ubahnya seperti menempuh suatu perjalanan. Seseorang harus tahu perjalanan hidupnya untuk mengetahui jati dirinya, yaitu dari mana ia, untuk apa hidup dui dunia, dan akan kemana setelah mati?
Pertanyaan mendasar ini harus terjawab. Jika tidak manusia akan senantiasa berada dalam kebimbangan dan tak dapat melangkah dengan arah yang pasti dalam mengarungi kehidupannya. Akibatnya akan menjadi orang yang latah. Kemana lingkungan mempengaruhinya, kesitulah ia melangkah.
Siapa saja yang menggunakan akal sehat, akan menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang berasal dari Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Adanya keterbatasan dan kelemahan manusia merupakan bukti nyata bahwa ia membutuhkan adanya Sang Pencipta. Untuk mempertahankan hidup saja, manusia harus bergantung dengan makanan, minuman, oksigen, dll. Lalu bagaimana munkin.
Jadi, bila kita mengikuti dengan ikhlas gaya hidup peradaban tertentu yang jelas bertentangan dengan Islam, maka kita sudah termasuk ke dalam golongan mereka. Ih, rugi amat!
Makanya biar kita tak menjadi generasi latah, kits harus tahu dulu aturan main dalam Islam. Boleh saja kamu mengikuti tren dan barat, sssl tren itu cuma berkaitan dengan iptek dan jelas musti yang baik-baik Teknologi informasi yang membuat kits terkagum-kagum, sah-sah saja selama itu tidak kamu simpangkan. Nah, jadi harus tahu Ru. Kalau belum? Ngaji dulu, dong! (Studia - Edisi 1/Tahun 1)
Selasa, 14 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar