Posted in Buletin Studia Tahun kedua by abu fikri on the April 16th, 2007
Anwar Fuady tampil alim. Berbaju koko, berkopiah dan menebar senyum. Istrinya, tampil berkerudung dan setia mendampinginya menerima tamu yang datang untuk mengucapkan selamat karena baru saja menunaikan ibadah haji. Pria paruh baya yang kerap berperan antagonis dalam beberapa sinetron ini berjanji akan tampil lebih sopan setelah menyandang predikat haji. Begitu janjinya dalam salah satu liputan acara Cek & Ricek RCTI beberapa waktu lalu.
Anwar boleh bangga dengan penampilan dan janjinya saat itu. Namun, Anwar yang terkenal jago pesta dan selalu mencitrakan dirinya “berjiwa muda� kembali bikin heboh. Bukan Anwar Fuady namanya bila tak tampil ramah alias rajin menjamah. Wah? Masih dalam liputan acara infotainment milik stasiun RCTI, Anwar dengan sangat berani malu mencium pipi kiri dan kanan artis-artis yang tampil menor yang menghadiri acara ulang tahunnya di sebuah hotel. Wuih, gaswat kan?
Lain Anwar lain pula Ulfa Dwiyanti, sosok wanita rada tomboy yang berperan sebagai James Bonoo ini bisa ber-sim sala bim berubah “wujud�. Kamu pasti kenal betul dengan aksi Ulfa dan Eko Patrio di acara “Sahur Kita� SCTV yang udah dua tahun terakhir ini digarapnya? Di situ mantan penyiar radio Suara Kejayaan ini tampil rada alim dengan busana muslimah yang dikenakannya. Meski kadang masih “nyablak� juga. Itu memang pas bulan puasa. Tapi begitu ramadhan berlalu, Ulfa kembali berubah wujud. Bunglon banget kan?
Sama halnya dengan Eko Patrio, gebetannya Viona ini juga nggak kalah heboh dalam urusan ganti-ganti penampilan. Presenter acara KiSS, Kisah seputar setan-setan, eh, sori, Kisah Seputar Selebriti ini tampil alim saat bulan puasa. Begitu puasa berlalu, Eko kembali bejat dengan kelakuannya yang menyebalkan. Entah sebagai presenter atau pelawak. Hih, amit-amit deh.
Kamu tahu Krisdayanti? Wuih, istrinya pemusik Anang ini nggak ada bedanya dengan teman-teman sesama artis lainnya. Kamu pasti masih ingat bagaimana penampilannya dalam sinetron Doaku Harapanku tiga tahun yang lalu. Pemeran Anisa dalam sinetron tersebut tampil rada alim. Apalagi sinetron ini emang khusus ditayangkan sebulan penuh saat ramadhan. Tapi, nah ini dia, begitu sinetron ini tamat, bulan puasa berlalu, bintang iklan Hemaviton Action ini kembali ke habitatnya yang amburadul. Yanti, begitu panggilannya, berubah menjadi sosok yang tak kalah bejatnya dengan selebriti mancanegara. Istighfar wahai Krisdayanti!
Sebenarnya masih banyak selebriti yang menerapkan ilmu bunglon. Kalo mau ditulis, kayaknya nggak cukup empat halaman buletin ini. Secara singkat, selebriti bunglon lainnya yang bisa ditunjuk hidung adalah Che Che Kirani—pemeran Lilis dalam sinteron Aku Ingin Pulang, terus Elma Theana, Iis Dahlia, Nafa Urbach, Rheina Mariyana alias Ipeh, Komeng, Ginanjar, Shahnaz Haque, dst. dll. Sisanya kamu bisa mengamati sendiri kelakuan para seleb bunglon yang ada di negeri ini. Ibarat sulap, mereka bisa sewaktu-waktu ber-ada kadabra atau ber-sim sala bim mengubah penampilan. Bila diperhatikan, semuanya bergantung kepada sikon alias situasi dan kondisi. Ya, mirip bunglon lah!
Sampai-sampai Nina M Armando dari Marka (Media Ramah Keluarga), menyebutnya sebagai selebriti hipokrit dalam rubrik Media dan Kita di Majalah Ummi awal tahun ini.
Logika cekak selebriti
Kaum seleb, sebagai publik figur sering kali tanpa sadar dijadiin rujukan dalam kehidupan penggemarnya. Khususnya kaum ABG dan anak-anak bau kencur. Nggak mustahil bila seluruh gerak-geriknya diteladani. Minimal banget perbuatan mereka dijadiin alasan oleh penggemarnya bila berbuat hal serupa seperti seleb pujaannya.
Namun sayangnya, kaum seleb ini kayaknya nggak nyadar kalo gaya hidupnya itu dijadiin panutan oleh fans-nya. Sebagai contoh, nggak sedikit para ABG putri yang punya cita-cita ingin menapak-tilasi karir dan kehidupan Krisdayanti. Wah, wah, wah, berabe tuh!
Kaum seleb pun kayaknya lupa dengan posisinya yang di atas angin ini. Makanya, nggak ngeh bila apa yang diperbuatnya gampang banget dinilai orang. Baik yang mendukung maupun yang menghujatnya.
Bagi yang mendukung keberadaan diri dan karirnya, karuan aja mereka merasa besar kepala. Apalagi yang ngedukungnya kalangan yang dianggap mulia di hadapan orang awam. Ambil contoh, Dessy Ratnasari konon kabarnya mengaku mendapat semacam restu dalam berkiprah sebagai artis dari salah seorang kiayi ternama pemimpin salah satu pondok pesantren di Jakarta. Kacau kan?
Menghadapi orang yang mendukung tentu nggak masalah bagi kaum seleb, justru itu adalah “sertifikat� untuk melegalkan karirnya sebagai artis.
Tapi bagaimana bila kaum seleb menghadapi hujatan dan protes dari kalangan yang kontra? Nah, sering kali muncul pernyataan yang lucu bin menggelikan, tapi sekaligus menyedihkan. Contohnya? Kamu tahu Krisdayanti? Pelantun lagu Menghitung Hari ini pernah melontarkan logika cekaknya saat ditanya soal penampilan “greng�-nya. Doi bilang,�Memberikan pemandangan yang indah kepada orang lain, itu ibadah,� katanya asal-asalan (Popular No. 114, Juli 97).
Lain Krisdayanti lain pula Shahnaz Haque, presenter acara Sahur Sahur di ANteve ini tampil berbusana muslimah saat memandu acara tersebut. Namun, saat ramadhan berlalu, doi tampil polos lagi. Yang lucu, alias luar biasa culun adalah ketika ditanya oleh reporter acara infotaiment di salah satu tv swasta mengenai pendapatnya soal jilbab. Doi bilang, “Yang penting bagi saya menjilbabi dulu hati.� Dengan kata lain, ia ingin bilang bahwa nggak perlu diwujudkan dalam penampilan, yang penting hati. Inilah contoh logika cekak kaum seleb. Brur, yang model begini masih banyak. Atau jangan-jangan di antara kamu ada yang jadi penganutnya? Ih, naudzubillahi min dzalik!
Cari untung
Sudah menjadi rahasia umum soal kelakuan bejat bin senewen kaum seleb. Untuk menutupi kerusakannya, banyak kaum seleb yang berlindung di balik tuntutan profesi. Tujuan mulianya adalah UUD alias ujung-ujungnya duit.
Para selebriti juga seringkali beralasan bahwa profesinya kerap menyandarkan kepada selera masyarakat. Dengan kata lain, penampilannya adalah tuntutan penggemarnya. Kalo melenceng dari keinginan penggemar alamat nggak laku bin bangkrut. Ini salah satu yang dikhawatirkan kaum seleb. Makanya nggak heran bila banyak kaum seleb yang rela jadi bunglon demi memenuhi keinginan masyarakat penggemarnya. Bukan rahasia kalo ujung-ujungnya tentu urusan duit. Hubungan keduanya boleh dibilang simbiosis mutualisme. Jadi sepertinya hanya cari untung aja, Brur.
Bisa dipahami memang, soalnya dalam sistem ekonomi kapitalisme barang dan jasa itu bisa menjadi alat pemuas. Profesi jadi artis bolehlah dibilang “jasa�. Kenapa barang dan jasa bisa jadi alat pemuas? Sebab hal itu memiliki kegunaan atau masih ada yang membutuhkan. Nggak peduli hal itu bahaya atau nggak bagi orang lain. Yang penting saling menguntungkan secara materi. Beres!
Ya, inilah susahnya ketika dunia hiburan menjadi tempat mendulang uang. Ditambah lagi dengan prinsip bebas nilai yang udah mendarah daging di masyarakat. Itu sebabnya, sebagian orang “nekat� terjun jadi artis. Emang kasihan sekali sebetulnya kaum seleb ini. Mereka merasa bahwa profesinya sebagai penghibur adalah pekerjaan mulia dan terhormat. Padahal, mereka wajib tahu juga, bahwa aktivitasnya sebagai manusia tetap akan dihisab oleh Allah Swt. Karena mulia tidaknya seseorang bukan dilihat dari penampilan luar dan status sosialnya, tapi dari ketakwaannya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.:
?????§?£?????‘???‡???§ ?§?„?‘???°?????†?? ?????§?…???†???ˆ?§ ?§???‘???‚???ˆ?§ ?§?„?„?‘???‡?? ????‚?‘?? ?????‚???§?????‡?? ?ˆ???„???§ ?????…???ˆ?????†?‘?? ?¥???„?‘???§ ?ˆ???£???†?’?????…?’ ?…???³?’?„???…???ˆ?†??
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.â€? (QS ali Imr?¢n [3]: 102)
Kepribadian ganda
Kita prihatin banget dengan kejadian model begini, Non. Terus terang, ini fakta yang menyakitkan banget. Mungkin bagi mereka nggak nyadar dan kali aja nggak mau tahu bila perbuatannya bakal berpengaruh negatif bagi penggemarnya. Jujur saja, beberapa catatan kaum seleb yang disebut di awal tulisan ini menunjukkan betapa parahnya kaum seleb dalam dunia glamournya.
Itu sebabnya, kita angkat masalah ini. Bila dilihat kelakuan bunglon kaum seleb ini memang muncul karena mereka seperti mengidap kepribadian ganda. Padahal, dalam ajaran Islam, seorang muslim wajib memiliki kepribadian Islam yang stabil dan benar. Pola pikir dan pola sikap kita sebagai muslim wajib diisi dengan ajaran-ajaran Islam. Artinya, jika kita berpikir Islam, maka perasaan kita harus Islam, nggak boleh yang lain. Kalo pikiran dan perasaan kita masih tulalit berarti kita punya kepribadian ganda. Lebih tepatnya hipokrit. Jangan sampe kita menyandangnya. Amit-amit jabang bayi, deh!
Kenapa banyak kaum seleb yang begitu, ya?? Wah, jangankan kaum seleb, orang seperti kita-kita aja—maksudnya bukan orbek—ada juga yang begitu. Dalam kehidupan kapitalisme seperti sekarang ini, yang berkembang adalah prinsip-prinsip hidup yang bebas nilai. Sebut saja hedonisme dan permisivisme. Dua paham ini jadi primadona masyarakat kapitalis yang memang bebas nilai. Paham serba boleh ini telah menjangkiti masyarakat kita. Dan, karena kaum seleb adalah publik figur jadi bisa langsung ketahuan belangnya, tuh.
Kebebasan bertingkah laku juga ikut ambil bagian mendorong seseorang dalam berbuat. Dan kamu wajib tahu, bahwa dalam urusan kepribadian ini, tingkah laku seseorang itu sesuai dengan pemahamannya. Contohnya, Krisdayanti berbuat begitu karena ia memahami bahwa hal itu sah-sah saja. Patokan salah dan benernya pun menurut logika cekaknya. Walhasil, amburadul.
Baik, sudah saatnya kita mengingatkan kaum seleb supaya menyadari kesalahannya selama ini. Bukan maksud kita memusuhi mereka, tapi kita mengingatkan. Kalo toh kemudian tujuan mulia kita ditentang dan mereka malah tambah parah, bukan urusan kita lagi. Yang penting kita udah mengingatkan mereka, dan sekaligus menjaga generasi muda Islam supaya nggak tertipu dengan penampilan selebriti bunglon. Jadi, yuk kita ngaji untuk meningkatkan kualitas amal perbuatan kita!
Catet, ya. Kita nggak mau ikut-ikutan menerapkan ilmu bunglon. Hih, amit-amit!
(Buletin Studia – No.049/Tahun 2)
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar