Posted in Buletin Studia Tahun kedua by abu fikri on the April 16th, 2007
Elsa Schiaparelli dalam Shocking Life menyebutkan—dua puluh persen wanita mengidap kompleks rendah diri. Tujuh puluh persen memiliki ilusi. Bener tidaknya pernyataan ini, paling nggak bisa kita liat saat ini. Kalo kamu rajin merhatiin sepak-terjangnya anak cewek, ternyata banyak yang nggak merasa aman alias takut tidak dihargai bila ada yang kurang dalam dirinya. Mungkin ini penyakit umum kaum wanita, kali ye. Soalnya, anak laki mana ada yang merhatiin dandanan or tubuhnya. Karena biasanya anak laki rata-rata cuek banget sama soal begituan. Lebih memilih tampil wajar. Lagian kegenitan amat kalo sampe anak laki sibuk ngurusin dandanan atau penampilan tubuh. Jarang-jarang deh.
Menurut seorang psikolog, C.G. Jung namanya, bahwa wanita itu emang senang bila mendapat pujian; baik dari lawan jenisnya maupun dari sesama jenisnya. Maka nggak heran dong bila kemudian anak cewek biasanya ingin tampil menarik. Tepatnya pamer. Tentu dengan tujuan mulianya supaya dilirik kaum Adam. Kalo pun nggak ada pikiran ke sana, paling nggak ingin dihargai oleh sesama jenisnya. Nah, cara berpikir seperti ini akhirnya membuat anak cewek jadi suka merasa minder bila ada yang kurang dalam dirinya. Sebut saja masalah wajah, warna kulit, dan bentuk tubuh. Celakanya lagi, acapkali terpengaruh standar penilaian manusia. Ukuran cantik dan tidaknya dilihat dari wajah, kulit, dan tubuh yang aduhai. So, bagi yang merasa tampangnya â€?kartu mati’ dan badannya berbobot alias berbodi botol (baca: guwemuk buwanget) udah merasa gerah aja takut nggak ada yang menghargai keberadaannya. Akhirnya, karena terus-terusan dikejar rasa bersalah– yang sebenarnya nggak beralasan itu–lalu berupaya menutupi kelemahannya. Misalkan harus rela berlindung di balik â€?merahnya’ lipstik dan â€?putihnya’ bedak. Biar orang tahu, kalo keberadaan dirinya nggak cuma dianggap sebagai bilangan doang, tapi juga wajib diperhitungkan.
Temen cewek yang model begini biasanya cermin suka dijadiin musuh bebuyutannya. Gimana nggak, setiap kali berhadapan dengan benda yang memantulkan gambar dirinya ini malah bikin bete. Bawaannya? manyun melulu. Pengennya nonjok aja bayangan yang ada di hadapannya. Tapi apa boleh buat, itu adalah bayangannya sendiri.? Terus terang, anak cewek sekarang kayaknya lebih merasa aman bila �bertopeng’. Terutama ini berlaku bagi mereka yang merasa kurang pede dengan penampilan �alaminya’. Malah bisa jadi, anak cewek yang model begini, dalam mengepas pakaian pun, doi ternyata nggak mengepaskan pakaian ke tubuh, melainkan melatih tubuh supaya pas pada pakaian. So, kalo dilihat faktanya, emang banyak anak cewek yang berdandan tapi pakaiannya tulalit dengan bentuk tubuhnya. Mungkin tujuannya ingin disebut gaul atau trendi karena memakai pakaian keluaran rumah mode terkenal. Namun apa daya, bentuk tubuhnya nggak mendukung. Tapi doi enjoy aja make, dengan alasan sedang melatih tubuh supaya pas dengan pakaian. Wah?
Malah belakangan, mempercantik diri ini nggak cuma sebatas mempermak wajah, kulit, dan rambut doang, lho. Tapi udah nyampe ke urusan kepribadian. Berarti emang ada perluasan arti cantik itu sendiri. Walhasil, konsep cantik nggak cuma berarti kecantikan fisik atau perawatan kulit semata, tapi mengarah ke hal yang lebih luas, yakni kesehatan dan kebugaran. Malah yang disebut cantik beneran adalah mereka yang juga suasana hatinya bagus. Wah, nambah lagi dong standarnya? Makanya bila ada yang penampilan tubuhnya aduhai, tapi suasana hatinya lagi bete, bisa nggak cantik, lho. Tapi tetep dalam kamus mereka, yang pertama dilihat adalah penampilan luarnya.
Membeli kecantikan
Konsep kecantikan yang makin meluas ini karuan aja jadi peluang bisnis baru bagi produsen kosmetika dan para pengelola salon. Pergi ke salon untuk mempermak wajah dan rambut aja nggak cukup dong. Perlu ada tambahan lain, yakni pergi ke tempat fasilitas kebugaran dan kosmetika yang komplit untuk merawat tubuh luar-dalam. Peluang ini cepat banget ditanggapi. Maka nggak heran bila kini bermunculan salon yang menyediakan juga fasilitas kebugaran. Produsen kosmetika pun kebanjiran order untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat tajam. Selain dituntut melayani dalam jumlah, produsen kosmetika juga kudu lebih kreatif dan inovatif membuat berbagai produk andalan.
Urusan merawat tubuh ini emang berkaitan erat dengan upaya untuk memanjakan diri. Dan tujuan akhirnya nggak jauh dari usaha mendapatkan kecantikan yang sempurna. Ya, cantik luar-dalam itu. Dengan konsep kecantikan yang seperti itu, karuan saja untuk mendapatkannya perlu fulus yang nggak sedikit. Gimana nggak, untuk mendapatkan hasil yang sempurna—paling nggak menurut ukuran mereka—tubuh pun perlu di-tune up. Ternyata bukan cuma kendaraan yang �wajib’ mendapatkan perawatan mewah. Kini tubuh pun kudu di-stel dengan baik dan rutin.
Dengan terus digemar-gemborkannya konsep kecantikan seperti ini, maka kini para wanita, termasuk ibu-ibu dan remaja harus menambah anggaran belanjanya untuk perawatan tubuhnya. Kalo dulu cukup merawat muka? dengan masker, sekarang itu nggak cukup. Kalo mau cantik dan menarik kudu menjalani perawatan dari ujung rambut sampai ujung kaki, manicure & padicure. Kalo merasa belum puas juga, bisa meningkat ke spa berikut programnya. Belakangan berkembang “upacara nyepi� di sebuah resor dengan tujuan menyegarkan fisik maupun batin. Wah, udah menjadi gaya hidup rupanya. Melihat begini, kayaknya nggak salah kalo kita sebut bahwa saat ini udah begitu banyak kaum pemuja kecantikan (baca: venusian).
Menjalani proses perawatan yang berliku-liku itu mengingatkan kita bagaimana para putri keraton di jaman dulu merawat kecantikannya. Kalo bicara sekarang, berarti emang ongkos yang harus dikeluarkan jadi nggak sedikit. Sekarang, untuk membeli kecantikan tersebut, para wanita harus merogoh kocek dalam-dalam. Bukan apa-apa, bandrol yang harus ditebus sekali mendatangi pusat perawatan tubuh itu sekitar 300 rebu perak. Bahkan mengutip sumber yang diwawancarai Kompas, rata-rata mereka melakukan perawatan? dalam sebulan dua kali (untuk perawatan tubuh dan facial). Berarti sekitar 600 ribu perak uang yang dikeluarkan untuk membeli kecantikan itu. Mahal juga? Tapi nggak juga Brur, bagi mereka uang sebesar itu bisa dikalahkan dengan kepuasan. Kepuasan emang mahal harganya, tapi perlukah menghamburkan uang untuk yang begituan?
Padahal itu baru �harga’ yang harus dibeli saat pergi ke salon dan tempat perawatan tubuh, lho. Belum lagi kalo kamu kudu beli kosmetika; dari mulai sabun kecantikan, shampo, lulur, krim pelindung, lisptik, bedak, minyak wangi, dan seabrek jenis lainnya. Kamu bisa bayangkan sendiri, berapa ratus lembar uang ribuan yang kudu kamu setorkan ke toko yang menjual kelengkapan produk tersebut setiap bulannya.
Hih, kenapa bisa sebegitu heboh dalam urusan merawat tubuh agar bisa tampil cantik, ya? Nah, setidaknya kamu sekarang bisa menemukan jawabannya. Apa? Menurut psikolog Niniek L Karim: “Salah satu sisi manusia yang dituju adalah rasa tidak aman pada diri mereka. Rasa tidak aman itu dieksploitasi sedemikian rupa, sehingga orang baru bisa merasa aman dan percaya dirinya tumbuh setelah ia merasa cukup cantik untuk tampil bekerja maupun bersosialisasi.� (Kompas, 11 Maret 2001)
Kamu bisa lihat sendiri, gimana Sinta dan Santi–ini dalam iklan lho–digambarkan berbeda jauh hanya karena perbedaan warna kulit. Untuk menutupi â€?cacatnya’ lalu diberikan saran untuk mencoba jenis kosmetika tertentu dengan iming-iming akan mendapatkan kecantikan yang sempurna. Kamu yang tergoda dengan iklan begituan, bisa langsung nodong ortu minta jatah uang belanja kosmetika. Jadi nambah deh pengeluaran kamu. Ternyata emang membeli kecantikan itu mahal harganya dalam konsep cantik seperti ini. Seperti kata pepatah; “Seorang pria puas kalau ia mendapatkan sesuatu yang baik dan murah. Seorang wanita puas kalau ia mendapatkan sesuatu yang baik dan mahal”
Dan ini merupakan bagian dari upaya pemenuhan naluri mempertahankan diri (gharizah al-Baqa). Iya dong, kan alasannya aja karena takut nggak dihargai. Berarti emang ini perwujudan dari naluri tersebut. Ya, segalanya bisa dibeli dengan uang, termasuk kecantikan.
Tampil “cantik islami�
Tampil cantik nggak ada yang ngelarang. Apalagi kalo doi emang udah cantik (itu sih nggak usah dibahas ya?). Boleh-boleh saja selama masih dalam batas-batas yang dibolehkan dalam Islam. Pendek kata, tampil cantik sesuai aturan Islam. Seperti apa? Nah, kayaknya kamu kudu gaul dulu soal pandangan Islam tentang konsep cantik itu sendiri. Cantik dalam pandangan Islam tentu bukan yang seperti dipaparkan di atas. Itu sih ukuran dan aturan yang dibuat oleh manusia. Bisa relatif. Namanya juga pendapat manusia, pasti terbatas sesuai fitrah manusia yang emang terbatas dalam segala hal. Maka memberikan keleluasaan kepada manusia untuk membuat aturan pun adalah cara yang ceroboh, Non. Bener, soalnya bisa nggak karu-karuan jadinya. Ambil contoh tentang konsep cantik, mereka kan buat aturan sendiri. Bahwa yang namanya cantik seperti itulah, harus beginilah, seperti yang udah dipaparkan.
Islam, sebagai agama yang sempurna tentu memiliki separangkat aturan yang bisa menyelamatkan manusia. Termasuk �cerewet’ ketika mengatur penampilan kaum wanita. Harus kamu pahami, bahwa pengaturan ini adalah untuk kebaikan manusia juga. Bukan untuk mengekang. Firman Allah Swt.:
“…dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah (yang dahulu)â€?. (QS. Al-Ahzab [33]: 33)
Ayat ini menjadi pemandu bagi kita agar nggak asal aja ngelakuin perbuatan. Termasuk soal penampilan kamu. Jangan nekat tampil cantik dengan alasan ngikutin perkembangan jaman, tapi aturan Islam yang melarang berhias berlebihan ketika keluar rumah ditendang jauh-jauh. Itu nggak bener, Non. Nggak boleh nekat begitu deh.
Dan kalo kamu masih menganggap bahwa yang disebut cantik itu adalah ketika wajah kamu oke punya, rambutnya bagus, bodinya aduhai, dan penampakan luar lainnya, berarti emang kamu merasa penampilan kamu buruk. Harusnya kan pede aja lagi dengan apa yang �alami’ dalam diri kamu. Nggak usahlah mata yang cuma segaris, biar keliatan belo, pakai eye liner. Alis yang emang tipis, kamu kerok dan bikin “alis� baru biar kelihatan lebih ciamik. Bibir yang ketebalan kamu akalin pake lipstik yang menipu pandangan mata yang ngeliat. Dengan penampilan seperti itu, kamu beranggapan bahwa orang yang melihat kamu bakal berdecak kagum. Itu nggak perlu, Non. Malah kamu bakal terkena larang tabarruj alias menampakkan kecantikan kamu secara berlebihan.
Rasulullah bersabda: “Allah Swt. melaknat wanita yang suka mentato tubuhnya dengan cara menusukkan jarum yang disertai nila atau celak ke dalam tubuhnya (al-Wasyimah), wanita yang meminta orang lain agar mentato dirinya (al-Mutausyimah), wanita yang mencabut bulu-bulu di sekitar wajahnya, termasuk yang memperpendek dan menghilangkan bulu alisnya (al-Mutanamishah), wanita yang mengikir celah-celah giginya supaya menjadi renggang (al-Mutafallijat), yang mengubah ciptaan Allah.� (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits lain menyebutkan, “Rasulullah Saw. melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dengan rambut wanita lain, atau dengan benda lain (al-Washilah), wanita yang menyuruh orang lain untuk menyambungkan rambutnya (al-Mutawashilah).� (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam konsep kecantikan sekarang mengerok alis malah jadi semacam prosesi wajib untuk mendapatkan kecantikan tersebut. Dengan demikian, dalam Islam itu sendiri, tampil cantik silakan saja, tapi tidak boleh tabarruj. Misalkan aja dalam soal dandanan, kamu kudu memakai pakaian yang layak dan bersih (meski nggak baru). Jangan berpikiran mentang-mentang khawatir tampil tabarruj, akhirnya kamu cuma pakai jilbab dan kerudung yang kumel, kusut bin kucel. Ih, kalo begitu sih kebangetan ya?
Inner beauty dalam pandangan Islam adalah bagaimana sikap kita. Percuma aja cantik, tapi kepribadian kita amburadul. Itu sih, bener-bener gaswat. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa dunia ini ibarat perhiasan, maka sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang sholihah. Tuh, kan, bukan wanita yang cantik dalam pandangan seperti sekarang ini. Nggak ada dalam kamus Islam.
Intinya, kamu boleh tampil cantik, tapi jangan berlebihan. Kalo keluar rumah, kamu nggak boleh memakai lipstik, bedak yang tebel banget, minyak wangi yang bikin telap orang yang menciumnya. Tapi kalo di dalam rumah—dengan suaminya—itu sih malah jadi ibadah. Inilah uniknya aturan dalam Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menjaga kehormatan wanita bila berada di luar rumah. Dengan kata lain, tampil cantik ketika keluar rumah menurut Islam itu adalah pertama kali wajib menutup aurat; kamu wajib pakai jilbab lengkap dengan kerudungnya, penampilan sederhana tapi bukan berarti kudu kumuh dan dekil.
Sabda Rasulullah: “Ada dua golongan penduduk neraka yang tidak pernah aku saksikan semasa hidupku. Pertama, kaum yang memiliki cemeti seperti ekor lembu, di mana mereka menggunakannya untuk memukul manusia. Kedua, wanita yang berpakaian tapi telanjang. Mereka melenggak-lenggokkan tubuhnya dan rambutnya bagai punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk surga, tidak pula mencium baunya, meskipun bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian (dan) sekian.� (HR. Muslim).
Jadi jangan tergoda untuk berpenampilan cantik, tapi malah bikin dosa. Hati-hati, ya!
(Buletin Studia – No.044/Tahun 2)
Sabtu, 18 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar