Jumat, 17 Juli 2009

PlayStation Mania

Posted in Buletin Studia Tahun I by abu fikri on the April 13th, 2007

Munculnya puluhan, bahkan ratusan rental mesin fantasi perlu mendapat perhatian serius. Gimana nggak, mesin fantasi yang bikin pemainnya terpesona bahkan terkesima dengan adegan-adegan dan gambar-gambar yang berhasil ditampilkannya mampu mencipta ekses baru. Setidaknya, bakal menciptakan suasana baru yang sangat berbahaya bagi perkembangan anak-anak. Nggak percaya? Hampir seratus persen yang antri nunggu giliran main di rental-rental PlayStation adalah anak-anak SD dan SMP. Gawat, Brur!

Apalagi kualitas gambar yang berhasil diciptakan lewat PS-2 alias PlayStation sekuel 2 lebih dramatis. Mesin fantasi keluaran Sony ini nyaris sempurna. Tekken adalah game yang sama pada PS generasi terdahulu, hanya di PS-2 grafisnya lebih bagus. Anak-anak yang sudah terbiasa main game ini pasti hapal betul bagaimana para jagoan hayalan mereka bertarung. Sekadar tahu saja, di PS-2 ini semua tokoh Tekken bertarung memperebutkan julukan King of Iron Fist. Dari mulai Paul, pukulannya bisa lebih dahsyat dengan lebih banyak efek, begitu juga jagoan lainnya Ling Xiaoyu kelihatan lebih menggemaskan, pun tak ketinggalan Phoenix yang selalu bertampang siap tempur akan kelihatan lebih sangar. Dan Eddy yang memiliki tendangan maut Hwoarang yang bertubi-tubi itu tampil dengan kualitas gambar yang nyaris sempurna. Walhasil, anak-anak SD makin kesengsem untuk betah main mesin fantasi itu. Paling tidak menurut pengakuan Boby, anak kelas empat SD yang sering main game ini, di salah satu rental PS.

Itu baru satu judul dari sekian ratus game yang telah menjadi kontributor mesin fantasi Play Station ini. Sebut saja Street Fighter EX3, Dark Could, Oni Musha, Ridge Racer, The Bouncher, Kessen (game strategi, pemainnya harus bisa mengendalikan hampir 100 Samurai berkuda dalam sebuah pertempuran). Atau game lain seperti Munch’s Oddysee dan bisa juga menghayal menjadi bintang sepak bola lewat FIFA Soccer 2000 atau di PS-2 ada International Superstar Soccer yang bakal membuat pemainnya betah berlama-lama di depan monitor tv dengan tangan asyik memainkan tombol-tombol joystick.

Tentu, melihat para penyewa PlayStation ini kebanyakan remaja tak mustahil bila mereka tak terkontrol dalam membelanjakan uangnya. Tidak hanya itu, akibat lanjutnya adalah bikin malas dan tidak berpikir produktif bagi anak-anak. Kalo ini yang terjadi, maka tak heran bila kemudian muncul globalisasi malas. Walau menurut pengakuan sejumlah anak yang biasa mangkal di salah satu rental PlayStation?آ sekitar jalur lalu-lintas Bogor-Dramaga, bahwa kerelaan mereka mengeluarkan uang 3000 perak untuk satu jam main adalah sebagai obat penghilang stres. Tentu saja alasan seperti ini?آ tidak bisa dipertanggungjawabkan, mengingat meluncur dari mulut anak SD.

Nah, ini nggak bisa dibiarkan terus, tapi harus ada upaya serius untuk meredam laju pembodohan masal ini. Terus terang, kenapa kita setuju menggunakan kosa kata pembodohan masal adalah karena bisnis tersebut mengarah kepada pemandulan kreativitas anak. Sebenarnya bukan hanya anak-anak, tapi remaja dan bahkan orang dewasa pun betah main PS ini, itu menurut Agus, sang penjaga salah satu rental PS di Bogor. Waduh, berabe, nih!

Tambang Uang
Siapa sih yang nggak tergiur dengan bisnis rental PS ini. “Bisnis ini cepat kembali modal. Dengan modal sekitar 5 juta rupiah, itu bisa kembali dalam jangka waktu empat bulan,” komentar Agus salah seorang penjaga rental di daerah Darmaga, Bogor. Wuih, heboh juga, ya?

Di rentalnya, Agus menyewakan sekitar 4 unit mesin fantasi PlayStation, setiap harinya bisa mengeruk untung bersih sekitar 50 ribu perak. Itu kalo hari biasa. Kalo hari libur meningkat sampai menyentuh angka minimal 80 ribu perak. Maka tak heran rental PS yang baru sekitar 2 minggu dikelola bareng teman-temannya ini mampu mengantongi pendapatan bersih 700 ribu rupiah. Tentu bukan angka yang sedikit.

Bila mau coba-coba dikalkulasikan, misalkan rata-rata pendapatan bersih sehari dari satu rental adalah Rp 50.000,-. Dalam sebulan berarti mampu mengeruk Rp 1.500.000,-. Dalam setahun bisa mengantongi Rp 18.000.0000,-. Wuih, benar-benar tambang uang.

Namun, tentu saja di balik prospek cerah bisnis penyewaan mesin fantasi ini, kita harus waspada dan jeli melihat akibat yang muncul kemudian. Nggak mustahil kan, teman-teman remaja atau adik-adik SMP dan SD menjadi generasi yang tidak produktif dan tidak kreatif. Bahkan tak mustahil bila kemudian menjadi generasi penghayal kelas berat.

Belakangan, kita bakal menghadapi bahaya yang cukup serius ketika gempuran budaya asing lewat mesin fantasi secara global ini makin marak dan merajalela. Soalnya, melihat kesuksesan Sony dengan PS dan PS-2 nya yang mampu menjual 72 juta unit sampai tahun ini, para produsen mesin fantasi lainnya bakal mengadakan perang terbuka. Sebut saja Nintendo 64, Dreamcast, dan pemain baru yang diperkirakan muncul awal 2001, X-Box dengan ‘isi perut’ Prosesor Intel Pentium III, 600 MHz. Mesin fantasi ini hasil rekayasa teknologi informasi raksasa komputer Microsoft. Bill Gates sang bos Microsoft bahkan mulai mendekati beberapa pembuat software games terkemuka macam Konami, Capcom, Electronic Arts, dan Edios yang terus terang saja selama ini menjadi penopang utama Sony.

Bagaimana dengan kita bila perang terbuka mesin fantasi itu berlangsung? Kita dan anak-anak yang lain bakal menjadi pasar mereka. Dan, tentu saja, bukan hanya uang kita yang melayang ‘dirampas’ mereka, tapi juga mereka berhasil menciptakan trend budaya baru lewat mesin fantasinya. Langkah berikutnya, kita dan remaja yang lain bakal menjadi proyek percontohan dari sebuah generasi yang gegar budaya. Mengerikan kawan!

Perlu Kesadaran
Sebagai seorang muslim, tentu saja hidup ini bukan cuma untuk mencari hiburan semata. Kita harus bisa memilih dan memilah setiap perbuatan yang bakal kita lakukan. Jangan sampai kita melakukan aktivitas yang tak banyak manfaatnya. Apalagi kalo harus melakukan perbuatan yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.

Bermain game lewat mesin fantasi memang tak sampai jatuh kepada perbuatan haram. Alias nggak berdosa main game melalui mesin fantasi itu. Hanya saja, bila hal itu dilakukan sampai melupakan aktivitas yang lain. Terlebih bila main game itu menyedot perhatian kita dari kewajiban. Bisa berabe!

Jangan sampai kita diganjar dosa oleh Allah SWT gara-gara asyik main PS sampai lupa sholat, misalkan. Atau kita betah berjam-jam sampai lupa sekolah. Wuih, keterlaluan banget! Makanya, perlu sebuah kesadaran dalam diri kita dalam menyikapi persoalan ini. Nggak bisa main-main.

Kesadaran seperti apa? Nah, ini baru pertanyaan. Begini sobat. Sebagai seorang remaja muslim kita dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik dalam hidup ini. Berperilaku sopan, menjaga kehormatan dan kesucuian diri. Ditambah tidak mencoba mencampakkan diri ke dalam kasus yang bisa merendahkan martabat kita sebagai manusia.
Oke kita setuju kok, kalo dikatakan bahwa main PS itu mubah. Betul memang mubah. Alias nggak dosa. Cuma, kita memang harus sadar bahwa hidup ini bukan cuma untuk hura-hura semata. Hidup ini bukan hanya aktivitas menghirup udara segar lalu menghembuskannya kembali tanpa terikat dengan norma-norma. Termasuk dalam urusan ini, meski itu sah-sah saja, tapi tetap kita harus waspada. Karena tak mustahil bila sudah nyandu bisa lupa segalanya.

Memang, bukan hanya kita yang dituntut kesadaran tinggi, tapi semua orang. Dari mulai kita, orangtua kita, masyarakat (termasuk pengelola rental PS), dan negara harus bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang baik. Jangan menciptakan situasi yang justru bikin nggak karu-karuan. Soalnya, kalo ini terjadi secara masal alias mengglobal, maka akibatnya juga lebih besar dan lebih gawat. Kita menjadi masyarakat malas dan tidak produktif! Ih, serem amat!

Game Juga Nggak Bebas Nilai
Waduh, ini juga masalah, Brur. Soalnya, game yang dimainkan sama kita atau malah adik-adik kita bertaburan ajaran ideologi lain. Jelas, budaya yang diembannya juga bermuatan ideologi mereka. Malah celakanya, game-game di PS-2 saja misalkan, banyak yang diadaptasi dari film layar lebar. Sebut saja yang bakal dimasukkan ke dalam mesin fantasi PS-2 ini adalah film Star Wars Episode I, The World Is Not Enough, dan Austin Power. Waduh, bila ini jadi, bisa tambah runyam. Nggak salah, gaya hidup dalam cerita itu bisa lebih terasa pengaruhnya. Belum lagi tema dalam game-game yang ada sekarang, ada yang mengeksplorasi kekerasan seperti pada Tekken, Fighting Force 2, Mortal Kombat Trilogy dan Street Fighter EX3. Dijamin berdarah-darah!

Brur, boleh dibilang game sekarang malah bisa bercerita. Dan Kisahnya tidak cocok untuk konsumsi anak-anak. Tapi yang namanya anak-anak, yang penting main!

Kalo boleh mengutip salah satu game terbaru berjudul Syphon Filter 2. Kita bakal mendapati alur cerita yang mengarah kepada kekerasan. Sinopsisnya, berawal dari sejumlah laporan utama di koran-koran internasional yang menurunkan berita sejumlah kejadian buruk yang kelihatannya tidak berhubungan. Penduduk yang nggak bersalah ditembak di propinsi Heliongjiang, Cina. Sebuah misil nuklir dihancurkan sebelum diledakkan di Kazakhstan. Sejumlah data yang sangat rahasia bocor ke tangan sebuah grup Cina, yang mengakibatkan hubungan Cina-AS memanas. Terus dieksplorasi seputar itu yang belakangan ternyata ada proyek pembuatan senjata pamungkas berupa?آ senjata biologis. Cerita cukup ruwet tapi ujung-ujungnya adalah perang senjata. Weleh-weleh, bisa bahaya dan berpengaruh terhadap kepribadian remaja dan anak-anak.

Cegah dan Tangkal
Main game, baik lewat PS maupun komputer PC dikategorikan sebuah permainan atau lahwun dalam bahasa Arab. Kata lahwun diartikan dalam bahasa Indonesia dengan hiburan dan permainan. Al Quran dan Al Hadits telah menggunakan kata lahwun. Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian senantiasa berlatih memanah, karena ia sebaik-baik lahwun”. (HR. Al Bazzar dan Ath Thabarani dari Sa’ad) Arti lahwun di sini adalah permainan.

Dan arti yang mencakup seluruh makna lahwun di dalam Al Quran dan Al Hadits adalah: Menyibukan diri dalam mengerjakan sesuatu yang dilarang (haram/makruh) atau melakukan permainan yang mubah yang mengakibatkan seseorang menjauh dari aktivitas melakukan perkara yang wajib dan sunnah.

Dalam Islam, olah raga adalah termasuk lahwun yang diperbolehkan. Namun tidak sembarang olah raga yang dianjurkan oleh Islam, melainkan olah raga yang tujuannya membina setiap muslim untuk menjadi seorang mujahid, misalnya berkuda, panahan, menembak, lempar lembing, loncat galah, loncat tinggi, loncat jauh, renang, lari, gulat, dan silat. Imam Asy Syathibi menyatakan: “Hiburan, permainan, dan bersantai adalah mubah atau boleh asal tidak terdapat suatu hal yang terlarang.” Selanjutnya beliau menambahkan, “Namun demikian hal tersebut tercela dan tidak disukai oleh para ulama. Bahkan mereka tidak menyukai seorang lelaki yang dipandang tidak berusaha untuk memperbaiki kehidupannya di dunia dan tempat kembalinya di akhirat kelak, karena ia telah menghabiskan waktunya dengan berbagai macam kegiatan yang tidak mendatangkan suatu hasil duniawi dan ukhrawi”. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim dengan sanad shahih: Setiap permainan di dunia ini adalah bathil, kecuali tiga hal; memanah, menjinakan kuda, dan bermain dengan istri… Yang dimaksud bathil di sini, Brur, adalah sia-sia atau yang semisalnya, yang tidak berguna dan tidak menghasilkan buah yang dapat dipetik (Al Muwaafaqaat, Jilid I, hal 84).

Nah, selain yang dibolehkan, ada juga lahwun yang diharamkan, seperti judi. Atau lahwun yang sebenarnya mubah tapi karena mengarah kepada yang haram atau meninggalkan kewajiban, maka hukumnya haram. Sebagaimana dalam sebuah kaidah syara’ yang berbunyi, “Setiap sesuatu yang menghantarkan kepada yang haram, maka hukumnya haram”.

Nah, lho! Makanya jangan sampai betah main PS lalu meningglkan kewajiban sholat dan kewajiban lainnya. Dosa, Brur!

Apalagi kalo permainan tersebut terorganisir (lahwun munadldlamun) bisa berabe. Karena tentu saja itu adalah salah satu upaya untuk menjauhkan kaum muslimin dengan Islam itu sendiri. Bayangin aja, kalo remajanya asyik main game baik di PS maupun lewat komputer PC secara terus menerus sampai tak terkontrol bisa ditebak karakter generasi yang bakal datang.?آ Tentu saja itu nggak lepas dari upaya Barat dalam menghancurkan Islam. Nggak terasa memang, tapi lama-lama kita jadi generasi pemalas kelas wahid! Dan tak mustahil pula di masa yang akan datang bakal lahir generasi yang cuek terhadap Islam. Alih-alih terikat dengan aturan-aturan Islam, bisa jadi mereka malah nggak tahu sama sekali tentang Islam dan hukum-hukumnya. Aduh, ngeri deh, Brur!

Menurut Sayyid Quthub: “Kehidupan dunia hanyalah merupakan arena permainan dan hiburan belaka, bila di balik kehidupan itu tidak ada tujuan yang lebih mulia dan kekal atau bila kehidupan dunia ini menjadi tujuan dan tidak dikaitkan dengan peraturan hidup yang bersumber dari Allah swt…” (Fi Dzilaalil Quran, Jilid VII/472).

Jadi, bagi para game mania, selain perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kita sebagai seorang muslim yang harus bergaya hidup islami, juga wajib disadari bahwa meski permainan dan hiburan tersebut hukumnya mubah alias boleh, namun jangan sampai lupa diri. Bahkan menjerumuskan diri ke dalam kemaksiatan karena meninggalkan kewajiban.

Menjamurnya bisnis penyewaan PlayStation ini perlu disikapi dengan serius. Karena kalo melihat faktanya di lapangan, mereka yang betah bermain tak semata karena stres tapi hobi, alasan stres hanyalah alasan klise. Sikap masyarakat pun perlu diperbaiki, jangan cuek bebek saja terhadap perkembangan yang menjurus kepada sikap malas dan tidak kreatif-produktif ini.

Keuntungan duniawi yang katanya ‘gede’ itu jangan sampai mengorbankan masa depan kehidupan remaja. Nggak benar dan nggak baik!

Gimana?

(Buletin Studia – Edisi 13/Tahun 1)

Tidak ada komentar: